Waktu terus mengalir. Dosa mungkin akan terus bertambah jika tanpa pemohonan ampun. Apakah harus salah?
Ketika aku berfikir tentang salah, semua orang pasti lah pernah berbuat salah. Tapi pertanyaannya, apakah frekuensi salahku separah itu? Hampir setiap tindakanku, semuanya dinilai salah. Hingga akhirnya, aku tidak tahu lagi cara membela diriku bahwa aku tidak salah. Lalu? Siapakah dirimu yang berani men-judge orang? Aku saja tidak berani melakukan hal itu. Se-sempurnanya diriku, masih ada orang lain yang lebih hebat, masih banyak yang berada di atasku. Lalu? Apakah kau tidak pernah merasa kau selalu salah? Apa namanya jika marah untuk hal sepele? Apa namanya jika merasa paling bijaksana? Aku ber-hipotesis, sabar hanya ada dalam hati. Tidak perlu untuk mengumbarnya dengan perkataan, apalagi mengekspresikan kau sangat tersiksa akan kesabaran itu. Itu
bukan sabar, sabar adalah ketika kau membenci sesuatu, kau cukup memendamnya dan mengubah sesuatu yg kita benci menjadi hal yg kita suka walau hanya pada saat itu.
Jika kita membenci pelajaran matematika, kita cukup dengan sabar. Kita mencoba menyukai hal itu walau sulit :) Bukannya jika aku bilang "Tidak" kau langsung memberi respon yang tidak mengenakkan, seolah kau
membalikkan fakta bahwa disini aku
yang salah. Seolah kau berkata, "Ya'' kau harus salah, untuk sekarang dan selamanya" Selepas dari manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari salah, aku mulai mengubah pandanganku. Aku salah bukan karna ulahku, melainkan tambahan kesalahan yang orang lain limpahkan seenak jidat. Mereka mati-matian membuat diri mereka benar dengan terus mencari-cari kesalahan orang lain. Lalu? Inikah yang dinamakan benar? Entah kau pernah berfikir atau tidak, kau yang membuat aku selalu salah.
Sadarlah, kau tidak sepantasnya marah padaku terlebih lagi melimpahkan kesalahan padaku untuk membuat dirimu terlihat benar.




Izin ngopy ya :) http://alfifao.blogspot.com/2013/02/waktu-terus-mengalir.html?m=0